Rabu, 04 Juni 2014

PEMBELAJARAN SEMANTIK DI SMA

Menggunakan Berbagai Makna Dan Hubungan Makna

Agar pengetahuan kebahasaan anda bertambah, kali ini Anda akan mempelajari berbagai hubungan makna, seperti : sinonim, antonim, homonym, homograf, homofon, hipernim, hiponim, polisemi, makna khusus dan makna umum. Bacalah kembali teks “Menanti Orang-orang yang bijak” di depan! Anda akan menemukan kata-kata yang memiliki hubungan makna.  Perhatikanlah kalimat-kalimat berikut !
1.     a.  Anggota dewan memiliki waktu untuk merenngkan kembali tingkah yang telah mereka lakukan
b.  Ketika pemerintah berkuasa saat ini menggunakan Undang-Undang yang diduga atas pesanan pihak asing itu, para anggota dewan yang dahulu setuju itu kini seakan melupakannya.
2.    a.  Secara terbuka, pekan lalu, sabagian anggota DPR mempertontonkan sisi buruk mereka.
b. Kita tetap berprasangka baik bahwa apa yang dilakukan anggota dewan memang bertujuan mulia dan semata-mata bagian dari proses demokrasi, ada check and balances.
Kata waktu  pada 1a dan kata saat pada 1b memiliki hubungan makna sinonim. Kata buruk pada 2a dan kata baik pada 2b memiliki hubungan makna antonim.

Perhatikan juga contoh kalimat-kalimat berikut !
1.     a. Bang Udin sangat baik terhadapku.
b. Ayang membuka rekening di bank BNI
2.    a. Ia bisa berbuat begitu karena ia anak seorang pejabat.
b. Bisa ular dengan cepat menjalar ke tubuh anak itu sehingga jiwanya tak dapat tertolong lagi.
3.    a. Harga ikan segar menjelang lebaran tahun ini membubung tinggi.
b. Ayah baru saja memasukkan beberapa ekor mujair ke dalam kolam di depan rumah.
4.    a. Ketika ayah terjatuh dari motor, kepalanya membentur aspal dengan keras.
b. Ayah menjadi kepala sekolah di sebuah Sekolah Dasar.
5.    a. Saya melihat seseorang berdiri di depan gedung itu.
b. Andi memeloti adiknya yang merusak mainannya.
Tampak dalam contoh-contoh di atas: (1) kata bang dalam kalimat 1 a dan b berhubungan makna homofon; (2) kata bisa  dalam kalimat 2a dan b berhubungan makna homograf; (3) kata ikan dalam kalimat 3a dan b merupakan hipernim, sedangkan kata mujair  pada kalimat 3b merupakan hiponimnya; (4) kata kepala dalam kalimat 4a bearti ‘bagian tubuh’, sedangkan kata kepala dalam kalimat 4b merupakan poliseminya yang berarti ‘ pemimpin atau ketua’; (5) kata melihat pada kalimat 5a adalah kata bermakna umum dan memelototi pada kalimat 5b bermakna khusus.

1.   Sinonim
sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain. Kesamaan ini berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat, walupun umumnya yang dianggap sinonim hanya lah kata-kata saja (Kridaklasana, 1993). Misalnya kata meninggal , wafat, gugur, dan mati adala empat kata yang bersinonim; agung dan raya adalah dua kata yang bersinonim.
2.  Antonim dan Oposisi
Sebuah kata tidak mutlak berlawanan makna dengan makna kata lain. Kata hidup mutlak berlawanan maknanya dengan mati,  tetapi kata pagi tidak mutlak berlawanan makna dengan kata siang, sebab masih ada kata lain, yaitu sore dan malam. Kata baik juga berlawanan makna dengan kata buruk, jelek, dan jorok. Jadi, kata seperti baik dan buruk hanya memiliki hubungan makna kebalikan, bukan berlawanan secara mutlak. Karena keterbatasan itu, Verharr (1996) menggantikan antonim dengan oposisi yang di dalamnya tercakup konsep yang betul-betul berlawanan sampai pada yang hanya bersifat kebalikan.
Oposisi dibedakan atas beberpa macam seperti berikut :
a.    Oposisi mutlak, yaitu perlawanan makna kata-kata secara mutlak, seperti hidup x mati.
b.    Oposisi kutub atau gradasi, yaitu perlawanan makna kata-kata secara tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat gradasi. Artinya, terdapat tingkatan-tingkatan makna pada kata-kata tersebut. Umumnya kata-kata yang beroposisi kutub adalah kata-kata yang termasuk dalam golongan kat sifat. Misalnya, kaya x miskin (orang yang tidak kaya belum tentu merasa miskin) dan kuat x lemah.
c.    Oposisi relasional atau hubungan, yaitu hubungan makna kata-kata yang bersifat saling melengkapi, misalnya datang x pergi dan menjual x membeli.
d.    Oposis hierarkial, yaitu hubungan makna kata-kata yang berada dalam satu deret panjang atau tingkatan. Kata-kata yang beroposisi jenis ini biasanya berupa nama satuan (berat, panjang, isi, dan pangkat). Misalnya, meter x kilometer, dan ons x gram.
e.    Oposisi majemuk, yaitu makna sebuah kata beroposisi dengan lebih dari satu makna, misalnya berdiri x duduk, berbaring, tiarap, berjongkok.
3.  Homonim
Homonym dibedakan atas homograf da homofon. Perhatikan contoh-contoh berikut !
a.    Homograf
1)    Sedan I = sedih, sedan II = mobil
2)   Amat I = sangat, amat II = memperhatikan
3)   Buram I = konsep, buram II = tak bercahaya
b.    Homofon, biasanya berkaitan dengan fonem /h/ yang sering tidak diucapkan.
1)    Mudah = gampang, muda = remaja
2)   Tuah = untung/sakti, tua = lanjut usia
3)   Basa = bahasa, basah = mengandung air
4.  Hipernim dan Hiponim
Hipernim (superordinat atau genus) dan hiponim (subordinat atau spesies). Kata bunga sebagi hipernim dari kata mawar, melati, sedap malam, dan dahlia, (sebagi hiponim) atau kata ikan sebagai hipernim dari sejumlah hiponim : mujair, kakap, bawal, dan bandeng.
5.  Polisemi
Polisemi adalah kata yang memiliki makna-makna tersebut masih ada hubungannya. Perhatikan contoh polisemi kata kepala berikut :
Makna 1       : bagian tubuh dari leher ke atas, misalnya kepala kambing;
Makna 2       : bagian sesuatu yang terletak di depan, misalnya kepala kereta api;
Makna 3       : hal yang terpenting, misalnya kepala susu;
Makna 4       : pemimpin atau ketua, misalnya kepala sekolah;
Makna 5       : bagian dari sesuatu yang berbentuk bulat, misalnya kepala paku;
Makna 6       : jiwa atau orang, misalnya setiap kepala menerima satu kado; dan
Makna 7       : akal budi, misalnya badannya besar, tetapi kepalanya kosong.

6.  Makna umum dan Khusus
Makna umum sama dengan makna dasar, sedangkan makna khusus sama dengan makna tambahan akibat penggunaanya dalam konteks tertentu. Meskipun demikian, makna umum tidak mutlak hilang, tetapi tetap terkandung dalam makna khusus.

Perhatikan contoh berikut !
Makna Umum
Makna Khusus
Melihat (mengarahkan mata)

1.     Melihat dari dekat (memperhatikan)
2.    Melihat secara langsung di lapangan (meninjau ke suatu objek)
3.    Melihat dari kejauhan (memandang)
4.    Melihat dengan ekor mata (mengerling)
5.    Melihat dengan membuka  mata lebar-lebar (membelalak)
6.    Melihat dengan menggerakkan mata ke kiri/ke kanan (melirik)
7.    Melihat dari celah atau lubang (mengintip)


Sumber         :
Tukan. P. 2006. Mahir Bahasa Indonesia SMA Kelas XI Program IPA dan IPS. Jakarta: Yudistira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar