Kamis, 27 Maret 2014

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI “ PELARIAN ” KARYA CHAIRIL ANWAR.



I
Tak tertahan lagi
Remang miang sengketa di sini
Dalam lari
Dihempaskannya pintu keras tak berhingga
Hancur – luluh sepi seketika
Dan paduan dua jiwa
II
Dari kelam ke malam
Tertawa – meringgis malam menerimanya
Ini batu baru tercambung dalam gelita
“ mau apa ? Rayu dan pelupa,
Aku ada ! pilih saja !
Bujuk dibeli ?
Atau sungai sunyi ?
Mari ! mari !
Turut saja ”
Tak kuasa – terengkam
Ia dicengkam malam.

            Puisi ini menceritakan tentang  pelarian, dimana seseorang yang sedang emosi dan ingin lari atau pergi dari tempat permasalahan itu. Setiap malam dia tertawa – meringgis karena menginngat peristiwa yang dia alami, tak kuasa  menjalani hidup dengan permasalahan yang dihadapi. Pada umumnya puisi ini menjelaskan tentang pelarian seseorang dari permasalah yang dihadapinya.

Gaya Bahasa 
Gaya bahasa ialah cara penyair menggunakan bahasa untuk menimbulkan kesan-kesan tertentu. Gaya yang digunakan untuk melahirkan keindahan. Pada kalimat Remang miang sengketa di sini penyair memakai gaya bahasa Totum Pro Parte adalah Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian, penyair bermaksud menggungkapkan sebagaian dari daerah atau sangketa yang ditempatinya.
Pada kalimat dihempaskannya pintu keras tak berhingga merujuk pada gaya bahasa hiperbola yaitu membesar – besarkan atau melebih – lebihkan suatu perkara. Pada kalimat dari kelam ke malam penyair memakai gaya bahasa enumerasia adalah satu corak gaya bahasa yang bersifat penghuraian sesuatu peristiwa yang sengaja dipisah-pisahkan.dan hanya digambarkan satu persatu agar lebih hidup dan lebih nyata.maksudnya penyair menguraikan ke hidupannya dari hari ke hari.
            Selanjutnya Tertawa – meringgis malam menerimanya merupakan gaya bahasa Pradoks yang digunakan paradoks Ialah satu corak gaya yang mempertentangkan kata-kata atau arti dalam satu kalimat. Pada kata tertawa – meriggis merupakan kata pertentangan biasanya tertawa karena hati senang kalau meringgis diakibatkan karena kesakitan.
            “ mau apa ? Rayu dan pelupa, merupakan gaya bahasa yang merujuk pada Retoris Ialah gaya bahasa berupa pertanyaan yang tidak memerlukan jawapan, kerana di dalam pertanyaan itu sendiri secara tidak langsung, sudah ada jawapannya. Penyair menanya dan menjawab pertanyaannya sendiri. Selanjutnya pada kalimat Ia dicengkam malam penyair memakai gaya bahasa hiperbola, yang mana penyair melebih –lebih atau membesar – besarkan hal yang tidak sesuai dengan kenyataanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar