Menggunakan Berbagai Makna Dan Hubungan Makna
Agar
pengetahuan kebahasaan anda bertambah, kali ini Anda akan mempelajari berbagai
hubungan makna, seperti : sinonim, antonim, homonym, homograf, homofon,
hipernim, hiponim, polisemi, makna khusus dan makna umum. Bacalah kembali teks
“Menanti Orang-orang yang bijak” di depan! Anda akan menemukan kata-kata yang
memiliki hubungan makna. Perhatikanlah
kalimat-kalimat berikut !
1.
a. Anggota dewan
memiliki waktu untuk merenngkan
kembali tingkah yang telah mereka lakukan
b. Ketika pemerintah berkuasa saat ini menggunakan Undang-Undang yang
diduga atas pesanan pihak asing itu, para anggota dewan yang dahulu setuju itu
kini seakan melupakannya.
2.
a. Secara terbuka,
pekan lalu, sabagian anggota DPR mempertontonkan sisi buruk mereka.
b. Kita
tetap berprasangka baik bahwa apa
yang dilakukan anggota dewan memang bertujuan mulia dan semata-mata bagian dari
proses demokrasi, ada check and balances.
Kata waktu pada 1a dan kata saat pada 1b memiliki hubungan makna sinonim. Kata buruk pada 2a dan kata baik pada 2b memiliki hubungan makna
antonim.
Perhatikan
juga contoh kalimat-kalimat berikut !
1.
a. Bang Udin
sangat baik terhadapku.
b. Ayang
membuka rekening di bank BNI
2.
a. Ia bisa berbuat
begitu karena ia anak seorang pejabat.
b. Bisa ular dengan cepat menjalar ke tubuh
anak itu sehingga jiwanya tak dapat tertolong lagi.
3.
a. Harga ikan segar
menjelang lebaran tahun ini membubung tinggi.
b. Ayah baru
saja memasukkan beberapa ekor mujair ke
dalam kolam di depan rumah.
4.
a. Ketika ayah terjatuh dari motor, kepalanya membentur aspal dengan keras.
b. Ayah
menjadi kepala sekolah di sebuah
Sekolah Dasar.
5.
a. Saya melihat seseorang
berdiri di depan gedung itu.
b. Andi memeloti adiknya yang merusak mainannya.
Tampak
dalam contoh-contoh di atas: (1) kata bang
dalam kalimat 1 a dan b berhubungan makna homofon; (2) kata bisa dalam kalimat 2a dan b
berhubungan makna homograf; (3) kata ikan dalam
kalimat 3a dan b merupakan hipernim, sedangkan kata mujair pada kalimat 3b merupakan hiponimnya; (4) kata kepala dalam kalimat 4a bearti ‘bagian tubuh’, sedangkan kata kepala dalam kalimat 4b merupakan poliseminya
yang berarti ‘ pemimpin atau ketua’; (5) kata melihat pada kalimat 5a adalah kata bermakna umum dan memelototi pada kalimat 5b bermakna khusus.
1.
Sinonim
sinonim
adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain. Kesamaan
ini berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat, walupun umumnya yang
dianggap sinonim hanya lah kata-kata saja (Kridaklasana, 1993). Misalnya kata meninggal , wafat, gugur, dan mati adala empat kata yang bersinonim; agung dan raya adalah dua kata yang bersinonim.
2. Antonim dan Oposisi
Sebuah kata
tidak mutlak berlawanan makna dengan makna kata lain. Kata hidup mutlak berlawanan maknanya dengan mati, tetapi kata pagi tidak mutlak berlawanan makna
dengan kata siang, sebab masih ada
kata lain, yaitu sore dan malam. Kata
baik juga berlawanan makna dengan
kata buruk, jelek, dan jorok. Jadi, kata seperti baik dan buruk hanya memiliki hubungan makna kebalikan, bukan berlawanan
secara mutlak. Karena keterbatasan itu, Verharr (1996) menggantikan antonim
dengan oposisi yang di dalamnya tercakup konsep yang betul-betul berlawanan
sampai pada yang hanya bersifat kebalikan.
Oposisi
dibedakan atas beberpa macam seperti berikut :
a.
Oposisi
mutlak, yaitu perlawanan makna kata-kata secara mutlak, seperti hidup x mati.
b.
Oposisi
kutub atau gradasi, yaitu perlawanan makna kata-kata secara tidak bersifat
mutlak, tetapi bersifat gradasi. Artinya, terdapat tingkatan-tingkatan makna
pada kata-kata tersebut. Umumnya kata-kata yang beroposisi kutub adalah
kata-kata yang termasuk dalam golongan kat sifat. Misalnya, kaya x miskin (orang yang tidak kaya
belum tentu merasa miskin) dan kuat x
lemah.
c.
Oposisi
relasional atau hubungan, yaitu hubungan makna kata-kata yang bersifat saling
melengkapi, misalnya datang x pergi dan menjual x membeli.
d.
Oposis
hierarkial, yaitu hubungan makna kata-kata yang berada dalam satu deret
panjang atau tingkatan. Kata-kata yang beroposisi jenis ini biasanya berupa
nama satuan (berat, panjang, isi, dan pangkat). Misalnya, meter x kilometer, dan ons x
gram.
e.
Oposisi
majemuk, yaitu makna sebuah kata beroposisi dengan lebih dari satu
makna, misalnya berdiri x duduk,
berbaring, tiarap, berjongkok.
3. Homonim
Homonym
dibedakan atas homograf da homofon. Perhatikan contoh-contoh berikut !
a.
Homograf
1)
Sedan I = sedih, sedan II = mobil
2)
Amat I = sangat, amat II = memperhatikan
3)
Buram I = konsep, buram II = tak bercahaya
b.
Homofon, biasanya
berkaitan dengan fonem /h/ yang sering tidak diucapkan.
1)
Mudah = gampang, muda = remaja
2)
Tuah = untung/sakti,
tua = lanjut usia
3)
Basa = bahasa, basah = mengandung air
4. Hipernim dan Hiponim
Hipernim
(superordinat atau genus) dan hiponim (subordinat atau spesies). Kata bunga sebagi hipernim dari kata mawar, melati, sedap malam, dan dahlia, (sebagi
hiponim) atau kata ikan sebagai hipernim
dari sejumlah hiponim : mujair, kakap,
bawal, dan bandeng.
5. Polisemi
Polisemi
adalah kata yang memiliki makna-makna tersebut masih ada hubungannya.
Perhatikan contoh polisemi kata kepala berikut
:
Makna 1 : bagian tubuh dari leher ke atas,
misalnya kepala kambing;
Makna 2 : bagian sesuatu yang terletak di depan,
misalnya kepala kereta api;
Makna 3 : hal yang terpenting, misalnya kepala susu;
Makna 4 : pemimpin atau ketua, misalnya kepala sekolah;
Makna 5 : bagian dari sesuatu yang berbentuk
bulat, misalnya kepala paku;
Makna 6 : jiwa atau orang, misalnya setiap kepala menerima satu kado; dan
Makna 7 : akal budi, misalnya badannya besar,
tetapi kepalanya kosong.
6. Makna umum dan Khusus
Makna
umum sama dengan makna dasar, sedangkan makna khusus sama dengan makna tambahan
akibat penggunaanya dalam konteks tertentu. Meskipun demikian, makna umum tidak
mutlak hilang, tetapi tetap terkandung dalam makna khusus.
Perhatikan
contoh berikut !
Makna Umum
|
Makna Khusus
|
Melihat (mengarahkan mata)
|
1. Melihat
dari dekat (memperhatikan)
2. Melihat
secara langsung di lapangan (meninjau ke suatu objek)
3. Melihat
dari kejauhan (memandang)
4. Melihat
dengan ekor mata (mengerling)
5. Melihat
dengan membuka mata lebar-lebar
(membelalak)
6. Melihat
dengan menggerakkan mata ke kiri/ke kanan (melirik)
7. Melihat
dari celah atau lubang (mengintip)
|
Sumber :
Tukan. P.
2006. Mahir Bahasa Indonesia SMA Kelas XI Program IPA dan IPS. Jakarta:
Yudistira.