I
Tak tertahan lagi
Remang miang sengketa
di sini
Dalam lari
Dihempaskannya pintu
keras tak berhingga
Hancur – luluh sepi
seketika
Dan paduan dua jiwa
II
Dari kelam ke malam
Tertawa – meringgis
malam menerimanya
Ini batu baru
tercambung dalam gelita
“ mau apa ? Rayu dan
pelupa,
Aku ada ! pilih saja !
Bujuk dibeli ?
Atau sungai sunyi ?
Mari ! mari !
Turut saja ”
Tak kuasa – terengkam
Ia dicengkam malam.
Puisi ini menceritakan tentang pelarian, dimana seseorang yang sedang emosi
dan ingin lari atau pergi dari tempat permasalahan itu. Setiap malam dia
tertawa – meringgis karena menginngat peristiwa yang dia alami, tak kuasa menjalani hidup dengan permasalahan yang
dihadapi. Pada umumnya puisi ini menjelaskan tentang pelarian seseorang dari
permasalah yang dihadapinya.
Gaya
Bahasa
Gaya bahasa ialah cara penyair
menggunakan bahasa untuk menimbulkan kesan-kesan tertentu. Gaya yang digunakan
untuk melahirkan keindahan. Pada kalimat Remang
miang sengketa di sini penyair memakai gaya bahasa Totum Pro Parte adalah
Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian, penyair
bermaksud menggungkapkan sebagaian dari daerah atau sangketa yang ditempatinya.
Pada kalimat dihempaskannya pintu keras tak berhingga merujuk
pada gaya bahasa hiperbola yaitu membesar – besarkan atau melebih – lebihkan suatu
perkara. Pada kalimat dari kelam ke malam
penyair memakai gaya bahasa enumerasia
adalah satu corak gaya bahasa yang bersifat penghuraian sesuatu peristiwa yang
sengaja dipisah-pisahkan.dan hanya digambarkan satu persatu agar lebih hidup
dan lebih nyata.maksudnya penyair menguraikan ke hidupannya dari hari ke hari.
Selanjutnya Tertawa – meringgis malam
menerimanya merupakan gaya
bahasa Pradoks yang digunakan paradoks Ialah satu corak gaya yang
mempertentangkan kata-kata atau arti dalam satu kalimat. Pada kata tertawa –
meriggis merupakan kata pertentangan biasanya tertawa karena hati senang kalau
meringgis diakibatkan karena kesakitan.
“ mau apa ? Rayu dan pelupa, merupakan gaya bahasa
yang merujuk pada Retoris
Ialah gaya bahasa berupa pertanyaan yang tidak memerlukan jawapan, kerana di
dalam pertanyaan itu sendiri secara tidak langsung, sudah ada jawapannya.
Penyair menanya dan menjawab pertanyaannya sendiri. Selanjutnya pada kalimat Ia dicengkam malam penyair memakai gaya
bahasa hiperbola, yang mana penyair melebih –lebih atau membesar – besarkan hal
yang tidak sesuai dengan kenyataanya.